SEJARAH PENDIRIAN

Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM semula bernama Seksi Bakteriologi yang bertempat di Mangkubumen Yogyakarta. Seksi Bakteriologi dipimpin oleh dr. Azil Widjajakoesoema dari tahun 1949 sampai 1950. Pada tahun 1950 – 1956, Seksi Bakteriologi berganti nama menjadi Seksi Bakteriologi, Serologi, Hygiene, dan Imunologi di bawah pimpinan Prof. Dr. Sardjito dibantu dr. Sapardi Brodjohoedojo. Kemudian pada tahun 1956 – 1961 berganti nama menjadi Departemen Mikrobiologi, di bawah pimpinan dr. Sapardi Brodjohoedojo dan dibantu dr. Sunartono Partotenoyo. Pada saat itu, Seksi Bakteriologi, Serologi, Hygiene, dan Imunologi melaksanakan kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan juga pelayanan pemeriksaan mikrobiologi untuk penegakan diagnosis penyakit infeksi. Proses pembelajaran mikrobiologi ditunjang oleh sarana pendidikan yang terdiri dari perpustakaan, ruang kuliah, dan ruang praktikum.

Bangunan Seksi Bakteriologi, Serologi, Hygiene, dan Imunologi di komplek Mangkubumen


Bangunan Seksi Bakteriologi, Serologi, Hygiene, dan Imunologi di komplek Mangkubumen dari sisi yang lain

Proses pembelajaran mikrobiologi ditunjang oleh sarana pendidikan yang terdiri dari perpustakaan, ruang kuliah, dan ruang praktikum.

Bagian Mikrobiologi kemudian berpindah lokasi di Sekip, komplek Fakultas Kedokteran pada tahun 1983, yang dipertahankan hingga saat ini. Gedung Mikrobiologi yang ditempati saat ini didesain oleh dr. Ristanto, SpMK dan Dr. M. Mustafa, SU, SpMK. Semenjak kepindahan ke Sekip Bagian Mikrobiologi meneruskan kegiatan dalam rangka melayani proses belajar-mengajar, penelitian, dan juga pelayanan pemeriksaan mikrobiologi. Pada saat itu Bagian Mikrobiologi turut serta melayani pasien dari RSUP Dr. Sardjito.

Bagian Mikrobiologi aktif di dalam menggagas dan menggerakkan organisasi profesi ahli mikrobiologi klinik di Indonesia. Antara lain dengan menyelenggarakan pertemuan regional yang melibatkan ahli mikrobiologi klinik dari universtas lain seperti Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Diponegoro, ,Universitas Brawijaya dan Universitas Airlangga. Pertemuan-pertemuan regional inilah yang kemudian pada akhirnya melahirkan organisasi profesi nasional yang diberi nama Ikatan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (IAMKI), yang pada perjalanannya diubah menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik (PAMKI) yang ada hingga saat ini.

Pada tahun 2003 Bagian Mikrobiologi mendapatkan tambahan ruangan yang digunakan untuk praktikum mahasiswa S1 di Gedung Radioputro lantai 4. Dengan adanya ruangan baru ini maka mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan lebih baik.

Selain itu, terjadi perkembangan yang signifikan di dalam sarana dan prasarana untuk pembelajaran dan penelitian. Pada tahun 2002 Bagian Mikrobiologi terlibat di dalam projek CHILD/ASIA LINK yang memungkinkan untuk didapatkannya beberapa alat, seperti incubator, Centrifuge, Freezer dll. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan skrining untuk mengisolasi Enteropathogeneic E. coli (EPEC) dan Enterotoxigenic E. coli ( ETEC).

Pada tahun 2005 Bagian Mikrobiologi dipercaya untuk mengelola laboratorium dengan kualifikasi Biosafety Level 3 (BSL3) untuk penelitian dan pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bantuan dari USAID dan KNCV. Pengembangan laboratorium tuberculosis ini diinisiasi dan didesain oleh Dr. Dra. Ning Rintiswati MKes. Dengan adanya laboratorium ini maka Bagian Mikrobiologi dapat melakukan penelitian dan pemeriksaan M. tuberculosis sesuai dengan standar keamanan yang diperlukan. Sejalan dengan peningkatan  kualitas laboratorium ini maka kerjasama penelitian juga semakin banyak dan berkualitas. Demikian pula keterlibatan Bagian Mikrobiologi di dalam program pemberantasan tuberculosis nasional semakin signifikan.

Perkembangan selanjutnya, Laboratorium Tuberkulosis mendapatkan sertifikasi untuk kultur dan uji kepekaan terhadap obat antituberkulosis lini pertama pada tahun 2015, setelah melalui proses yang panjang sejak tahun 2005. Pelayanan GenXpert, yaitu pemeriksaan M. tuberculosis secara molekuler untuk deteksi dan uji adanya Multidrug Resistan TB (MDR-TB) dilakukan mulai tahun 2014.